PENERAPAN KARAKTER KERJASAMA PESERTA DIDIK BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DENGAN PENDEKATAN METODE PROYEK
Tugas Modul 1.4.a.10 – Aksi Nyata
P O R T O F O L I
O
PENERAPAN KARAKTER
KERJASAMA PESERTA DIDIK BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DENGAN PENDEKATAN
METODE PROYEK
Di
Susun
O
l
e
h
|
N a
m a |
: |
ISATIR RADHIAH, ST, S.Pd |
|
Instansi |
: |
TK
Negeri Grong-Grong |
|
Wilayah |
: |
Kabupaten
Pidie |
|
Angkatan |
: |
1
(Satu) |
|
Fasilitator
|
: |
Ani
Suparti |
|
Pendamping |
: |
Mahlianurrahman |
1.1. LATAR BELAKANG
Anak usia dini adalah sosok individu
yang sedang menjalani proses perkembangan yang fundamental. Pada masa ini, anak
mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dalam berbagai
aspek perkembangannya. Seluruh aspek tersebut dapat dikembangkan melalui proses
pendidikan. Masa anak usia dini adalah masa dimana anak harus diberikan
stimulus-stimulus yang tepat dalam rangka memaksimalkan seluruh aspek
perkembangannya salah satunya adalah kemampuan bekerjasama anak.
Pendidikan karakter adalah suatu usaha manusia secara
sadar dan terencana untuk mendidik dan memberdayakan potensi peserta didik guna
membangun karakter pribadinya sehingga dapat menjadi individu yang bermanfaat
bagi diri sendiri dan lingkungannya. Pendidikan karakter adalah suatu sistem
pendidikan yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai karakter tertentu kepada
peserta didik yang di dalamnya terdapat komponen pengetahuan, kesadaran atau
kemauan, serta tindakan untuk melakukan nilai-nilai tersebut. Pendidikan
karakter (character
education) sangat erat hubungannya dengan pendidikan moral
dimana tujuannya adalah untuk membentuk dan melatih kemampuan individu secara
terus-menerus guna penyempurnaan diri kearah hidup yang lebih baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan
karakter adalah upaya penanaman nilai-nilai karakter kepada siswa yang memiliki
komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan
nilai-nilai tersebut sesuai dengan nilai-nilai yang terkadung didalam pancasila.
Bekerjasama (kooperatif) yakni suatu
kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama yang sifatnya kebersamaan untuk mencapai
suatu tujuan. Kooperatif merupakan sebuah pendekatan untuk tugas kelompok
sehingga terjadi kegiatan yang menyenangkan dengan memaksimalkan pembelajaran
bekerja dalam tim. Pembelajaran kooperatif adalah proses di mana siswa belajar
dengan bekerja sama dalam kelompok besar dan membantu belajar satu sama lain
untuk tujuan bersama. Dalam bekerjasama menyangkut unsur anggota kelompok,
peran, tugas dan tujuan. Bekerjasama merupakan suatu proses melakukan sesuatu
secara bersama-sama baik itu belajar maupun bermain untuk memecahkan suatu
masalah secara bersama-sama dengan tujuan yang sama pula. Karakter kerjasama
berarti sikap gotong royong dalam memecahkan serta menyelesaikan masalah
bersama-sama demi mencapai tujuan yang sama secara bersama-sama. Agar dapat
diketahui dengan jelas bentuk penerapan
karakter kerjasama yang akan ditingkatkan pada Anak didik, perlu
ditentukan secara rinci indikator penerapan
karakter kerjasama tersebut. Beberapa indikator penerapan karakter kerjasama diantaranya adalah : (1). Siswa
belajar bersama dalam kelompok, (2). Saling membantu, (3). Tanpa ada rasa
minder, (4). Aktif, (5). Membentuk kekompakan dan keakraban, (6). Kemampuan
berkomunikasi dan menyelesaikan konflik, dan (7). Kemampuan akademik dan sikap
positif terhadap sekolah. Dalam rangka meningkatkan apek perkembangan anak
termasuk kemampuan bekerjasama anak, guru harus pandai merancang kegiatan
pembelajaran, agar anak senang dan termotivasi untuk belajar, salah satunya
melalui bimbingan klasikal dengan pendekatan metode proyek artinya melalui
kegiatan kelompok besar (berkelompok).
Bimbingan klasikal adalah bimbingan
yang diberikan kepada sejumlah siswa yang tergabung dalam suatu satuan kegiatan
pembelajaran. Bimbingan
klasikal merupakan proses pemberian layanan bimbingan dengan menggunakan suatu
topik bahasan tertentu yang diberikan secara klasikal atau melibatkan seluruh
siswa di kelas. Bimbingan klasikal terbukti efektif untuk meningkatkan motivasi
belajar.
Metode proyek merupakan metode pembelajaran
yang dilakukan secara kelompok, menurut Moeslichatoen (2004: 138). Dengan
menggunakan metode proyek,
anak memperoleh pengalaman belajar dalam berbagi pekerjaan dan tanggung jawab
untuk dapat dilaksanakan secara terpadu dalam rangka mencapai tujuan akhir
bersama. Dengan kata lain metode proyek adalah
suatu pengalaman belajar dengan menghadapkan sebuah masalah yang harus
dipecahkan siswa secara berkelompok.
Berdasarkan hasil pengamatan saya
selama menjadi guru kelas di Taman Kanak-kanak terdapat 21 anak Kelompok B1 di
TK Negeri Grong-Grong, pada proses belajar terlihat bahwa karakter kerjasama
anak masih kurang optimal.
Ketika anak diminta mengerjakan tugas
mewarnai secara kelompok, sebagian anak masih ada yang belum mampu bekerjasama
dengan temannya dan belum terbiasa aktif dalam kegiatan kerja kelompok.
Misalnya khalis, ketika anak sudah duduk berkelompok, khalis masih asyik
bermain sendiri, belum mau duduk dengan kelompoknya, setelah dibujuk, khalis
mau duduk dengan kelompoknya tetapi tidak mau ikut mewarnai gambar. Dia hanya
melihat teman-temannya bekerja. Dalam menyelesaikan tugas kelompok tersebut
sebagian anak masih belum memperlihatkan interaksi, berbagi tugas, saling
membantu, dan kompromi. Pada kelompok lain terlihat Nisa yang mau bekerja tapi
sama sekali tidak berbicara dengan kelompoknya.
Karakter kerjasama anak kurang optimal
disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya upaya mengembangkan karakter kerja
sama di Kelompok B1 TK Negeri Grong-Grong kurang maksimal. Upaya guru dalam
mengembangkan karakter kerjasama terlihat pada saat kegiatan awal, guru
biasanya menstimulasi karakter kerjasama anak hanya dengan metode cerita yang
didalamnya ada nilai-nilai kerjasama. Namun upaya ini belum efektif
mengembangkan karakter kerjasama anak karena anak merupakan pembelajar aktif
dimana pembelajaran tersebut akan bermakna jika anak bertindak sebagai subjek,
bukan hanya mendengarkan cerita.
Pembelajaran pada kegiatan inti yang
dilakukan lebih sering menggunakan pemberian tugas dalam bentuk LKA dan bermain
sendiri, sangat jarang ada kegiatan yang dapat diselesaikan dengan kerja
kelompok. Mereka lebih sering menggunakan permainan yang kurang mengandung
unsur kerjasama seperti bongkar pasang, plastisin, puzzle, balok-balokan,
meronce, dan menjahit sederhana yang semuanya dimainkan secara individu,
padahal permainan tersebut dapat dimainkan secara kelompok. Pada kegiatan
individu tersebut tidak ada kepentingan dan tujuan yang sama, saling interaksi,
saling membantu, saling kompromi, dan pembagian tugas yang merupakan
unsur-unsur yang ada dalam kerjasama.
Pembelajaran dalam bentuk kelompok ini
jarang diberikan karena guru underestimate pada kemampuan anak-anak
untuk berinteraksi secara kelompok. Guru beranggapan bahwa anak masih belum
mampu untuk saling berbagi dan terlibat dalam kegiatan kerja kelompok. Dalam
kegiatan belajar mengajar anak didik kurang semangat, anak cenderung cepat
bosan dengan tugas yang diberikan, mengabaikan pelajaran yang diberikan, dan
pembelajaran tersebut menjadi tidak bermakna. Saat kegiatan belajar mengajar berlangsung
beberapa anak yang asyik bercerita dengan teman membahas topik di luar tema
pelajaran, dan ada yang bermain sendiri, akibatnya proses kegiatan belajar
mengajar terhambat dan kurang maksimal.
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, maka dapat disimpulkan beberapa masalah yaitu
sebagai berikut : (1) Karakter kerjasama anak belum optimal, (2) Kurangnya
kegiatan yang bersifat kelompok menyebabkan karakter kerjasama kurang
berkembang, (3) Adanya anggapan guru bahwa anak TK belum mampu bekerjasama dan
(4) Metode kerja kelompok belum pernah dicobakan untuk meningkatkan karakter
kerjasama.
1.2. DESKRIPSI AKSI NYATA
Pada hari senin tanggal 04 Januari 2021
saya meminta izin kepada kepala sekolah tentang kegiatan yang akan dilakukan
pada aksi nyata ini. Kepala sekolah menanggapinya dengan senang hati dan
memberi izin kepada saya untuk melakukan aksi nyata ini.
Hari Rabu tanggal 06 Januari 2021, saya
menyiapkan RPP yang kegiatan intinya dilakukan melalui kerja kelompok besar
yaitu menempel gambar lingkungan tempat tinggal dari bentuk-bentuk geometri dan
dinominasi dengan bentuk lain dari kertas origami. Kemudian saya menyiapkan
alat dan bahan yang dibutuhkan seperti bentuk bujur sangkar, lingkaran,
segitiga, segiempat, bentuk daun, awan, bunga-bunga, dan rumput-rumputan, 2
lembar karton manilla sebagai wadah untuk menempel, kertas origami, dan lem.
Selanjutnya,
Kamis tanggal 07 Januari 2021 saya melaksanakan kegiatan ini sesuai RPP yang
telah disiapkan. Jam 08.00 wib saya mengajak anak berbaris di halaman
melaksanakan senam pagi bersama-sama, selesai senam pagi anak-anak bersiap-siap
untuk masuk ke kelasnya masing-masing. Setelah anak duduk rapi, saya
mengucapkan salam dan anak menjawab salam dengan serentak, dan saya mengadakan
apersepsi lebih kurang 5 menit tentang pembelajaran yang kemarin dan
menyanyikan dua buah lagu anak-anak. Kemudian saya memulai membuka pelajaran yang
akan dilakukan hari ini. Sebelum masuk pada kegiatan ini terlebih dahulu saya
memberitahukan kepada anak apa yang akan dipelajari hari ini, saya menempel
alat peraga di papan tulis, semua anak-anak memperhatikan ke depan lalu saya
menjelaskan satu persatu tentang langkah-langkah menempel bentuk bujur sangkar
dipadukan dengan bentuk segitiga sehingga menjadi bentuk rumah demikian dengan
bentuk yang lainny. Setelah anak-anak melihat dan memperhatikan alat peraga
serta mendengarkan arahan dari saya, anak meminta agar segera dibagikan alat
dan bahan kepada mereka, lalu saya membagikan anak-anak menjadi 2 kelompok
yaitu kelompok melati dan kelompok mawar. Setelah anak-anak duduk tenang
barulah saya membagikan alat dan bahan yang digunakan dan anakpun mulai bekerja.
1.3. HASIL AKSI NYATA
Dari hasil aksi nyata yang saya lakukan
adalah :
Anak-anak sangat senang dan gembira
dalam melakukan kegiatan ini. Masing-masing kelompok bekerja dengan giat, ada
yang membagikan kepada teman-temannya alat dan bahan yang digunakan,
masing-masing anak mendapat tugas tersendiri dan dapat bekerja sama dengan
baik. Dan adapula anak yang tidak melakukan kegiatan ini hanya duduk diam,
setelah diadakan pendekatan saya menanyakan “ada apa, nak !” anak tersebut
menjawab “tidak ada kertas, bu”, lalu saya meminta kepada teman lainnya agar
dapat membagikan bahan-bahan tersebut dan saling bekerja sama, dengan senang
hati anak yang tadinya duduk diam akhirnya lebih bersemangat lagi.
Hasil
yang juga bisa dilihat dari aksi nyata ini, keingintahuan dan kemauan anak
sangat tinggi, serta anak sangat aktif. Anak-anak meminta agar esok harinya
dibuat lagi kegiatan ini.
1.4. REFLEKSI AKSI NYATA
Hasil yang diperoleh dari
aksi nyata ini adalah :
A.
Kegagalan
1.
Ada diantara anak-anak yang tidak mau
mengerjakan tugas yang diberikan
2. Media yang kurang memadai
B.
Keberhasilan
1.
Dalam kegiatan kerja kelompok besar ini
suasana kelas sangat menyenangkan bagi anak
2.
Anak-anak sangat aktif, dan kreatif saling
membantu satu sama lainnya
3.
Anak-anak dapat berkomunikasi dengan teman
kelompoknya
4.
Hasil pekerjaan anak dapat langsung
dipajang di ruang kelas
1.5. RENCANA PERBAIKAN DI MASA MENDATANG
Dengan ditemukannya
beberapa kegagalan dalam kegiatan aksi nyata ini, maka penulis akan
merencanakan perbaikan di masa yang akan datang, yaitu dengan cara :
1. Mengadakan pendekatan kepada anak yang belum mau mengerjakan tugas yang diberikan.
2. Menyediakan dan menyiapkan media yang cukup untuk anak-anak.
3. Guru
lebih sering memberikan kegiatan kerja kelompok besar ini kepada anak-anak.
1.6.
DOKUMENTASI
KEGIATAN
Anak-anak di kelompok melati dan mawar sangat antusias, aktif, dan kreatif dalam melakukaan kegiatan ini
















Komentar
Posting Komentar